Mendaki gunung memang akan menguras banyak energi. Tak salah para pendaki selalu menyiapkan minuman di ranselnya untuk menghilangkan dahaga dan dapat kembali melanjutkan perkalanan.
Namun Anda tak boleh sembarangan minum saat mendaki. Kabid K3 Federasi Mounteneering Indonesia (FMI) dr Iqbal El Mubarok mengatakan, terlalu banyak minum saat mendaki tak hanya menyebabkan perut kembung, namun juga dapat menyebabkan masalah pada jantung.
.
“Selain kembung itu jantung kita susah mompanya kalau kita kebanyakan minum. Jadi jangan dalam hitungan menit itu dipaksa minum banyak,” ujar Iqbal saat ditemui di acara Deep and Extreme Indonesia (DXI) 2019 baru-baru ini.
Menurut Iqbal, jantung yang semakin berat memompa darah juga akan mempengaruhi pergerakan pendaki. Iqbal menyarankan pendaki mengatur konsumsi airnya selama dalam perjalanan.
.
“Jangan sekali minum sebotol habis. Waktunya diatur dan banyaknya air yang diminum juga diatur. Intinya dalam sehari itu dia (pendaki) dapat 3 sampai 4 liter air putih,” kata dia.
Tak hanya soal konsumsi air putih, mengonsumsi kopi saat mendaki gunung juga harus dengan pengaturan waktu yang tepat. Jika salah, mengonsumsi kopi justru akan berakibat fatal.
Iqbal mengatakan, kopi memiliki sifat diuretik yang dapat menyebabkan pendaki mengalami dehidrasi jika tak diimbangi dengan konsumsi air putih yang cukup.
Tak hanya menyebabkan dehidrasi, Iqbal juga menyarankan para pendaki tak mengonsumsi kopi saat badan masih terasa terlalu lelah dan detak jantung masih cepat.
.
“Maka penting juga teman-teman kapan saat tepat minum kopi. Jadi kalau jantungnya masih dag-dug-dag-dug jangan dihajar kopi. Yang ada jantung makin degdegan. Paling tidak beri jeda waktu 2 jam baru boleh mengonsumsi kopi,” katanya. /kompascom
Semoga bermanfaat...
Sebarkan Artikel ini