Sebelum tanggal 20 Februari 1943, Gunung Paricutin belum ada. Paricutin masih merupakan nama sebuah desa. Namun, berminggu-minggu sebelum tanggal itu, penduduk desa telah merasakan getaran dan gemuruh dari dalam bumi.
Dilansir dari Amusingplanet, pada tanggal 20 Februari 1943 seorang petani bernama Dionisio Pulido bersama istrinya, Paula sedang membakar semak di ladang jagung mereka. Saat itulah mereka melihat gundukan tanah dengan retakan celah sekitar dua meter.
Asap yang mengepul disertai suara mendesis muncul dari celah itu. Mereka juga mencium bau belerang yang seperti telur busuk. Petani itu ketakutan dan segera melarikan diri. Mereka tidak tahu jika yang dilihatnya adalah proses kelahiran gunung api
Keesokan harinya saat fajar, Dionisio bersama beberapa warga desa mengecek fenomena aneh itu. Ternyata gundukan itu telah tumbuh dengan asap dan batu yang terlontar ke langit. Beberapa hari kemudian, gundukan itu sudah setinggi 50 meter.
Dalam waktu seminggu, gunung itu sudah tumbuh sekitar 100 meter. Lava pun mulai mengalir di wilayah sekitarnya. Pada Bulan Maret, letusan semakin kuat dengan kolom asap mencapai beberapa kilometer
Gunung itu meletus secara intensif di tahun pertamanya. Hal itu membuat masyarakat sekitarnya di Desa Paricutin dan San Juan Parangaricutiro tak lagi aman untuk tetap tinggal dan harus dievakuasi.
.
Sumber: kompas.com
Sebarkan Artikel ini