https://www.agunadventure.com/p/open-trip-dieng-culture-festival-2022.html
-Ketika lagi asyik mengabadikan foto tiba2 Marapi meletus. Dimulai dengan batuk nya yang keras, Awan panas bercampur debu serta material berhamburan dengan cepatnya, Orang-orang yang sedang berada di Puncak merpati Kalampasiangan (Panik) berlari menuruni puncak Merpati.
Sahabat saya Erri Incek yang persis sekali melihat batu seukuran bola kaki menerpa samping kepala Abel , Sementara Erry incek lengan tangan kanannya kena batu panas seukuran buah salak/rambutan, Dalam keadaan panik sedemikian rupa, Pak Jon (pendaki tuo senior) sempat mengabadikan Letusan Marapi sebanyak 2 x dalam bentuk foto.
Keadaan setelah itu benar2 kacau hujan abu belerang menyelimuti mereka saat itu pendakian di Marapi cukup ramai maklum, saat libur sekolah. Adapun setelah Marapi meletus, kondisi kawasan dibawahnya mulai gelap jalan raya koto Baru macet total.
Kembali ke Abel, beliau langsung jatuh ditempat dan mengenai tewas / tidak saat itu belum bisa dipastikan. Saat itu beliau tidak bisa dievakuasi karena situasi kondisi sangat tidak memungkinkan.
Sementara itu ada 2 orang pendaki asal Amerika bersama 2 orang guide yang ketika letusan itu terjadi berada dekat kawah. Pendaki Amerika ini mengalami luka bakar serius serta patah tulang kaki.
Melihat letusan gunung Marapi yang lumayan hebat hingga tedengar sampai ke bawah dan gunung Singgalang, para pendaki di gunung Singgalang yang ada saat itu merespon kejadian tersebut dengan segera mulai turun, Sebagian mereka banting stir menuju Marapi, Mereka ini kebanyakkan anggota Sekber di sumbar tanpa komando mereka mulai membantu dalam hal evakuasi para korban.
Setelah para pendaki Marapi berhasil turun semua, Mereka dikumpulkan di Polsek Koto baru guna pertolongan medis serta wawancara. Disimpulkan hanya 1 korban yang tertinggal yakni Abel. Mengenai beliau sudah tewas atau belum saat itu belum bisa dipastikan.
Barulah Hari kedua Tim Sar beserta relawan berhasil mengevakuasi korban. Mereka berpacu dengan waktu untuk bisa meraih jasad Abel dari situ lah korban bisa dinyatakan tewas. Menurut visum dokter korban tewas ditempat pada hari kejadian, akibat hantaman benda keras di kepalanya.
|
Proses evakuasi |
|
Proses evakuasi |
|
Proses evakuasi |
Jadi ini cerita singkatnya, dan masih segar dalam memory saya sampai saat ini. Memang saya tdk ikut mendaki ketika itu, Rencananya akan mendaki ke Marapi itu tgl 12 Julinya.
Sebelum kejadian, malam minggunya saya sempat mengantar teman2 saya itu ke koto baru (pintu pendakian) menaiki motor. Setelah itu saya dan teman pulang ke Padang sedang berita meletusnya Marapi saya dapatkan hari Senin. Maklumlah saat itu internet belum ada hanya jaringan telpon wartel yang ada.
Lanjut tentang Abel……..
Adapun pemasangan PRASASTINYA sudah direncanakan akhir tahun 1993, Alhamdulillah realisasinya jadi dilaksanakan pada hari Selasa Tanggal 5 Juli 1994. diperkirakan ada sekitar seratus lebih pendaki yang ikut andil dalam pemasangan Tugu Abel.
Kebanyakan pendaki yang ikut andil dalam pemasangan Tugu itu semuanya berasal dari Padang,
Berikut kelompok2 PA yang ikut pemasangan Tugu Abel :
|
KPA |
1- Jipala, sebagai yang punya hajat, karena Abel termasuk anggotanya.
2- KPA RAwa Rimba.
3- KPA Alpen
4- KPA Kalilawa
5- KPA Hijau.
6- KPA Kinabalu
7- Sispala Cougar SMA 4 PAdang.
8- Kelompok2 kecil lain.
Pasti kebanyakan orang khususnya pendaki era 2000-an mengira bahwa Abel tewas di posisi tugu sekarang….??
Baiklah, itu jawaban yang Salah, Adapun posisi Tugu ini ditancapkan adalah karena mengingat dan menimbang posisi Top Merpati yang sulit untuk digali, Bila di Gali akan bisa mengakibatkan tanah dan bebatuan longsor dan itu jelas sekali sangat membahayakan posisi pendaki disekitar Top Merpati.
Lalu dibuat kesepakatan bahwa tugu Abel di pasang di posisi yang sekarang ini, dengan sedikit di serongkan menghadap ke Top Merpati. Yang menandakan bahwa Abel “sedang melihat” ke Top Merpati yang berdiri gagah, sebelum ajal menjemput dan sekaligus tugu ini sebagai penanda jalur untuk naik/turun dari dan kecadas.
Kalau ,melihat face nya Abel (almh) mirip dengan Pak Ateng yang sangat aktif dikegiatan SAR Padang. Abel adalah alumni SMA 6 Padang Beliau dimakamkan didaerah gunung Pangilun Banyak para pendaki menghadiri pemakamannya.
Adapun dana dan biaya operasional yang didapatkan berasal dari uang menang lomba lintas alam yang diadakan oleh KPA Rawa Rimba yang bermarkas di Simpang Haru. dan ada juga uang yang berasal dari iuran para pendaki yang ikut simpatisan dalam hajatan acara tersebut.
Saat itu KPA Jipala sebagai Juara Ke Dua menyumbangkan seluruh uang hasil lomba tersebut untuk misi pemasangan Tugu tersebut. Untuk diketahui Jipala saat itu kekurangan orang untuk lomba lintas Alam, maka dimintalah anak Sispala Cougar SMA 4 Padang untuk berpartisipasi dalam lomba tersebut untuk turun atas nama Jipala. Tanpa ba-bi-bu, sispla Cougar menyetujuinya.
Demikian sekilas cerita memory tentang Abel (alm).
Sumber : Firdaus Tan Juang
https://www.facebook.com/firdaus.tanjung1
Demikian lah kisah Tentang Tugu Abel yang sekarang menjadi patokan panduan naik dan turun para pendaki dari dan menuju kawah marapi.
UPDATE 14 Agustus 2016
Point of View : Saksi mata
Herwin Sukhavira (Wing hing ng)
https://web.facebook.com/winghing.ng
|
Wing hing.ng (Herwin Sukhavira) : Ditandai kotak merah. |
Berikut adalah penuturan Herwin sukhavira.
True story letusan merapi 5 juli 1992.
Sebenarnya ini pengalaman pahit yang kualami selama perjalanan petualanganku, karena alam memang tidak bisa diduga sebentar ramah sebentar ganas.
Membuat kita sebagai manusia harus bisa belajar, apa yang patut kamu sombongkan dengan mengatakan bisa menaklukkan banyak puncak gunung, karena kita hanyalah segelintir debu di alam semesta ini.
Ini pengalaman yang ingin kusimpan rapat – rapat sebagai masa lalu, tapi karena banyak yang penasaran cerita sebenarnya, akan saya ceritakan kejadian yang sebenarnya.
Semula berawal dengan pendakian merapi turun simabua,
Kami berkumpul di belakang olo padang tempat bus berangkat.
Kami berjumlah 10 orang yang merupakan gabungan anak pencinta alam yang mangkal tiap malam minggu berkumpul disini.
Terakhir bus sampai koto baru jam 11 malam dan kami makan di rumah makan citra disana.
Setelah makan dan istirahat sejenak baru kami memulai mendaki dan bertemu dengan kelompok Rizal anak pattimura padang, berjumlah 5 orang yang didalamnya termasuk Abel tasman dan Sulastri
mereka bergabung dengan kelompok kami untuk ikut turun simabua, jadi kami semua berjumlah 15 orang jadinya.
Saya sempat mengobrol dengan Abel tasman yang mengatakan bahwa dia terakhir naik merapi dan mau ikut tes masuk polisi karena dia baru tamat sma waktu itu. Dicadas kami sampai sekitar pagi hari dan bertemu dengan rombongan bule 4 orang yang salah satunya dosen bahasa bung hatta. kami masih sempat mengambil photo bersama mereka. Lalu kami mulai mendaki cadas dan semuanya cuaca sangat cerah.
Sampai diatas kami agak terpecah rombongan karena saya, da John, Martha, Yanti dan Jon piter duluan turun dari puncak merpati mau menuju simabua, Abel tasman dan Sulastri posisinya sudah mendekati puncak merpati dan yang lainnya masih dibelakang mereka menuju puncak merpati.
Tanpa di sangka begitu kami berlima mendekati kawah aktif sekitar 5 meter dan mau turun ke arah simabua sekitar jam 9 pagi lewat sedikit, terdengar suara gemuruh dalam kawah yang keras dan merapi langsung meletus mengeluarkan asap hitam yang membumbung tinggi disertai batu-batu panas terlontar dari dalam kawahnya.
Kami semua terkejut tidak tahu harus berkata apa yang saya rasakan seperti kiamat saja rasanya saat itu, sampai terdengar bunyi batu jatuh kecadas baru kami tersadar dan lari kembali menuju puncak merpati.
Di puncak merpati ini kami berlima berlindung dengan carrier di kepala, dan di bawah kami sekitar 10 – 15 meter dari puncak merpati Abel tasman dan Sulastri berlindung, dan yang lain berlindung tidak begitu jauh dari mereka,
setelah merapi tidak mengeluarkan batu lagi dan asapnya melebar, langsung kami berlima lari turun dari puncak merpati dan terdengar suara Sulastri minta tolong, da tolong awak kanai da katanya, maka waktu itu di tolong sama da Jhon.
Dan kami turun agak menjauhi puncak merpati dan Sulastri bercerita pada kami bahwa dia sempat terkena pecahan batu di bahunya dia juga sempat pingsan sebentar sekitar beberapa detik dan waktu dia sadar dia sempat melihat Abel tasman sudah terkapar di cadas.
Akhirnya saya sama Us yang agak pincang kakinya akibat terkilir naik lagi ke puncak merpati untuk melihat Abel tasman,
Ternyata Abel tasman sudah meninggal di tempat karena batu tepat mengenai kepalanya sebagian dan giginya juga hilang saya lihat, dan anehnya kejadian baru sebentar sudah ada beberapa ekor lalat hijau mengelilingi darah di kepalanya. Karena tidak tahan melihat itu saya mengambil kantung asoy (kresek:red) untuk menutupi kepalanya dan kamipun terpaksa meninggalkan Abel tasman untuk membantu teman yang terluka.
Kalau masih hidup waktu itu kami akan berusaha untuk membantunya, tapi Tuhan berkata lain.
Teman yang terluka ditambah lagi bule yang kami temui dicadas satu orang patah kaki terpaksa dibidai dan tangannya berdarah terluka, dan cewek bule tangannya terkelupas kena asap panas karena mereka terlalu dekat dengan kawah waktu letusan itu, jadi kami yang masih sehat membantu mereka menuruni cadas.
Lalu kami membagi tenaga 2 orang disuruh dulu turun melapor kebawah secepatnya untuk minta bantuan, dan sisanya berusaha turun sambil tolong menolong. Sampai di bawah cadas disitu kami bertemu dengan anak Suripala Bukittinggi, yang sengaja naik keatas merapi untuk memberikan bantuan.
Sampai di bawah cadas sulastri telah kehilangan tenaganya dan terpaksa dibuat tandu dan di tambah bantuan anak Suripala kami membawanya turun ke bawah. Letusan merapi waktu itu cukup besar dan abunya sampai di Bukittinggi dan cuaca kelam waktu itu karena abunya.
Sesampai dibawah kami bermalam di polsek Kotobaru sambil menunggu teman dari padang untuk S.A.R Abel keesokan harinya.
Jadi Abel tasman tugunya dulu bukan di lapangan bola, tapi dekat puncak merpati sebelah kanan arah pendakian, dan waktu ditemukan sudah dalam keadaan meninggal di tempat.
Dan cerita mengenai Abel tasman menolong Sulastri waktu pingsan itu mungkin benar sehingga dia tidak melihat batu tepat mengenai kepalanya. Sehingga sekarang saya dengar ada cewek setiap tahun mendatangi tugunya meletakkan bunga kemungkinan itu Sulastri anak pondok Carolina padang.
Sebuah kejadian yang pahit ini telah merubah seluruh pandangan saya tentang hidup ini dan ini pula yang membuat saya menjadi pendaki solo, karena dalam mendaki ini membawa teman, harus punya tanggung jawab yang berat. bukan seperti sekarang ini banyak pendaki yang egois suka meninggalkan teman, karena supaya dia dianggap cepat dan kuat.
Inilah cerita sebenarnya dari letusan merapi 5 juli 1992 yang terjadi,
semoga ini menjadi pelajaran buat saya dan teman semua bahwa persiapan yang matangpun akan hancur berantakan kalau alam sudah berkehendak lain.
Sesudah kejadian ini Martha, Yanti dan Jon pieter tidak mau naik gunung lagi, sedangkan yang lain saya tidak tahu kabarnya karena kami lama tidak bertemu.
UPDATE KOREKSI :
Tanggal evakuasi jenazah abel 6 juli 1992 dan Wanita yang selalu mendatangi Tugu Abel.
Sumber : jungleghost