Ada sosok perempuan yang begitu penting bagi para pendaki Gunung Raung di Banyuwangi. Inilah Ibu Soeto, ibunya para petualang.
Pendaki Gunung Raung via Dusun Wonorejo, Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi pasti mampir di rumah Ibu Soeto. Mereka akan singgah sejenak menunggu pemberangkatan ataupun saat turun melepas lelah saat mencapai Puncak Sejati setinggi 3.344 mdpl tersebut. Siapa tidak kenal dengan Basecamp Bu Soeto?
Homestay Bu Soeto, itu nama sebuah tempat persinggahan satu-satunya yang ada di wilayah tersebut. Rumah ini mulai didatangi oleh para pendaki sejak tahun 1998 lalu.
Bangunan tua ini penuh dengan stiker dan foto para pendaki Gunung Raung. Stiker tersebut merupakan kenang-kenangan lembaga dan perkumpulan pendaki yang ditempelkan begitu saja di pintu dan jendela. Saking banyaknya, hingga menutupi kaca dan kayu jendela serta pintu masuk rumah Bu Soeto.
Kenalan dengan Bu Soeto, Idola Para Pendaki Gunung RaungRumah penuh stiker (Ardian/detikcom)
"Per bulan hampir ada 400-an pendaki mampir di sini. Baik itu mereka datang maupun mereka yang turun dari Raung," ujar Udin, penjaga homestay Bu Soeto kepada detikcom, Sabtu (7/9/2019).
Homestay Bu Soeto sudah hampir 20 tahun lebih didatangi oleh pendaki gunung. Tidak ada lokasi khusus sebagai tempat tidur. Hanya karpet, kasur tipis dan tikar yang digelar di ruang tamu, ruang tengah dan teras depan. Selain itu juga ada dua ruangan lagi, tempat istirahat dan ruangan penyewaan alat pendakian, seperti tali, helm hingga kaos kenang-kenangan di Raung.
"Baterai lampu dan kaos saya jual di sini. Untuk kaos harga sekira Rp 125 ribuan," pungkas Udin.
Bu Soeto merupakan penerus suaminya, Pak Soeto yang sudah meningggal dunia. Pak Soeto dulunya menjabat sebagai kepala dusun. Setiap kali ada pendakian, mereka harus meminta izin dan meninggalkan kartu pengenal sebelum naik ke puncak Gunung Raung.
Ada sebuah toko yang menjual bahan makanan dan makanan ringan. Untuk makanan bermacam-macam. Mulai soto, rawon, ayam bakar hingga masakan rumah lainnya. Maklum saja, konsep homestay ini seperti rumah sendiri.
"Biasanya mereka menyebut ini Basecamp Bu Soeto. Tapi sekarang kan ada namanya homestay," ujar Bu Soeto yang memiliki nama asli Lilik Sutimbul.
Uniknya, homestay ini tak mematok harga untuk menginap atau sekedar beristirahat para pendaki. Ia menerima seikhlasnya, asal para pendaki dapat beristirahat dengan nyaman.
"Kami dari pengurus sekretariat juga diberi uang ya sekedar untuk kebersihan dan listrik per orang itu Rp 5 ribu untuk wisatawan domestik. Sementara mancanegara kita dikasih Rp 10 ribu per orang," tambahnya.
Namun, kesederhanaan inilah yang membuat Bu Soeto dan basecamp-nya terkenal. Tidak jarang, para tamu memberikan imbalan lebih kepadanya.
"Tapi banyak yang ngasih ke kami lebih. Saat pendaki pulang mereka suka ngasih kita," tambahnya.
Hingga kini, basecamp Bu Soeto tak pernah sepi dengan kehadiran pendaki. Mereka silih berganti datang dan meramaikan di dusun yang terpencil itu.
Sumber DetikNews
Semoga bermanfaat.....
Sebarkan Artikel ini